Selasa, 03 Juli 2012

Kepergian Yang Tak Terduga (Part III)


              Mark pun telah sampai di kamarku. Dia terlihat sangat khawatir akan keadaaanku saat ini. Aku berpesan terhadap orang tuaku untuk tidak menceritakan keadaanku saat ini kepada Mark. Aku tak mau dia khawatir akan keadaanku saat ini.
            Mungkin, yang aku lakukan salah karna telah membohongi Mark. Namun, apa yang bisa aku perbuat lagi? Aku tak sanggup untuk menceritakan semua ini kepada Mark.


            “Sayang, kenapa kamu tak mengabari akan keadaanmu saat ini? Aku sangat khawatir sama kamu.”keluh Mark sambil memegang erat tanganku.
            “Aku gak apa-apa ko, Sayang.” Aku berusaha untuk menutupi semua rasa sakitku di depan Mark. Walaupun begitu sakitnya yang aku rasakan, aku akan tetap tersenyum dihadapan Mark. Aku tak mau membuatnya semakin mengkhawatirkanku.
            “Sayang, maafin aku ya. Akhir-akhir ini aku menjauh dari kamu. Aku melakukan semua ini secara terpaksa. Karna..”
            “Karna apa, Sayang?”
            “Karna, aku ingin membiasakan kamu untuk merasakan ketidak hadiran aku di dalam hidup kamu.”
            “Kok, kamu gitu sih? Kamu gak sayang lagi ya sama aku?”
            “Bukannya gitu, Sayang. Aku benar-benar sayang sama kamu. Namun, ketika dokter mendiagnosa aku, bahwa hatiku mengalami kerusakan dan aku tak akan bertahan lama hidup di dunia ini. Itulah yang menjadi alasan aku menjauh dari kamu, Sayang.”
            “Sayang, hati kamu mengalami kerusakan?”tanyaku sambil mengeluarkan air mata,
            “Iya, Sayang. Udah jangan pikirin aku, sekarang pikirin aja kondisi kamu ya.” Mark pun menenangkanku. Aku tak menyangka dia akan mengalami hal seperti ini. Mengapa tidak aku saja yang menderita? Mengapa Mark harus ikut menderita juga?
***
            Seminggu sudah aku berada di rumah sakit. Bau obat-obatan terus terniang dipikranku yang mengingatkanku terhadap rumah sakit itu. Mark begitu baik, selama aku dirawat di rumah sakit ini, dia selalu menemaniku. Aku tahu dia merasakan sakit  akan penyakitnya itu. Namun di depan ku dia ingin terlihat lebih kuat daripada aku. Tapi, matanya tak bisa membohongiku akan rasa sakit yang dirasakannya itu.
            Aku pun sama seperti Mark. Di depan Mark aku tak mau terlihat lemah, aku hanya ingin terlihat seperti wanita yang kuat menghadapi semua permasalahan ini. Namun, penyakitku ini semakin menjadi-jadi, aku semakin merasakan sakit di kepalaku ini. Namun, ketika aku merasakan rasa sakit ini. Aku selalu saja mengalihkan perhatian kepada Mark.
            “Sayang, kita ke taman belakang kampus yuk! Aku rindu akan suasana di sana.”
            “Ya, boleh Sayang.”
     To be continue...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar