Mark
pun telah sampai di kamarku. Dia terlihat sangat khawatir akan keadaaanku saat
ini. Aku berpesan terhadap orang tuaku untuk tidak menceritakan keadaanku saat
ini kepada Mark. Aku tak mau dia khawatir akan keadaanku saat ini.
Mungkin, yang aku lakukan salah
karna telah membohongi Mark. Namun, apa yang bisa aku perbuat lagi? Aku tak
sanggup untuk menceritakan semua ini kepada Mark.
“Sayang, kenapa kamu tak mengabari
akan keadaanmu saat ini? Aku sangat khawatir sama kamu.”keluh Mark sambil
memegang erat tanganku.
“Aku gak apa-apa ko, Sayang.” Aku
berusaha untuk menutupi semua rasa sakitku di depan Mark. Walaupun begitu
sakitnya yang aku rasakan, aku akan tetap tersenyum dihadapan Mark. Aku tak mau
membuatnya semakin mengkhawatirkanku.
“Sayang, maafin aku ya. Akhir-akhir
ini aku menjauh dari kamu. Aku melakukan semua ini secara terpaksa. Karna..”
“Karna apa, Sayang?”
“Karna, aku ingin membiasakan kamu
untuk merasakan ketidak hadiran aku di dalam hidup kamu.”
“Kok, kamu gitu sih? Kamu gak sayang
lagi ya sama aku?”
“Bukannya gitu, Sayang. Aku
benar-benar sayang sama kamu. Namun, ketika dokter mendiagnosa aku, bahwa
hatiku mengalami kerusakan dan aku tak akan bertahan lama hidup di dunia ini.
Itulah yang menjadi alasan aku menjauh dari kamu, Sayang.”
“Sayang, hati kamu mengalami
kerusakan?”tanyaku sambil mengeluarkan air mata,
“Iya, Sayang. Udah jangan pikirin
aku, sekarang pikirin aja kondisi kamu ya.” Mark pun menenangkanku. Aku tak menyangka
dia akan mengalami hal seperti ini. Mengapa tidak aku saja yang menderita?
Mengapa Mark harus ikut menderita juga?
***
Seminggu sudah aku berada di rumah
sakit. Bau obat-obatan terus terniang dipikranku yang mengingatkanku terhadap
rumah sakit itu. Mark begitu baik, selama aku dirawat di rumah sakit ini, dia
selalu menemaniku. Aku tahu dia merasakan sakit akan penyakitnya itu. Namun di depan ku dia
ingin terlihat lebih kuat daripada aku. Tapi, matanya tak bisa membohongiku
akan rasa sakit yang dirasakannya itu.
Aku pun sama seperti Mark. Di depan
Mark aku tak mau terlihat lemah, aku hanya ingin terlihat seperti wanita yang
kuat menghadapi semua permasalahan ini. Namun, penyakitku ini semakin
menjadi-jadi, aku semakin merasakan sakit di kepalaku ini. Namun, ketika aku
merasakan rasa sakit ini. Aku selalu saja mengalihkan perhatian kepada Mark.
“Sayang, kita ke taman belakang
kampus yuk! Aku rindu akan suasana di sana.”
“Ya, boleh Sayang.”
To be continue...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar