Aku
dan Mark pun sampai di taman belakang kampus. Suasana di sana masih sama
seperti pertama kali aku masuk ke kampus ini. Susananya yang begitu nyaman,
sejuk, dan harum akan wewangian bunga-bunga yang menghiasi taman ini. Mungkin
ini kali terakhirnya, aku dapat mengunjungi taman ini. Kepalaku semakin pusing
saja. Aku tak dapat menahannya lagi. Aku pun meminta kepada Mark untuk duduk di
kursi taman. Aku pun meyandarkan kepalaku ke pundaknya Mark. Di saat itu aku
merasakan kenyamanan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Namun, mengapa
semua ini aku rasakan di penghujung usiaku?
“Mark, aku ingin sekali kita dapat
menikah dan mempunyai anak-anak yang lucu. Aku sudah bisa membayangkan bahwa
anak-anak kita akan mirip seperti kamu, Mark.”
“Aku juga berharap seperti itu,
Sayang. Mudah-mudahan semua impian kita dapat tercapai suatu saat nanti. Amin.”
“Ya, amin Sayang.” Tak ku sangka
darah yang mengalir dari hidungku membasahi baju Mark. Dan dia pun merasakan
akan darah yang mengalir dari hidungku itu.
“Sayang, kamu kenapa kok hidung kamu
berdarah?”
“Gak apa-apa kok, Sayang. Udah
sayang kamu duduk aja kayak tadi ya. Aku mohon.”
“Iya deh,”
“Mark.”
“Iya, Sayang.”
“Mark, aku cuma punya 1 hadiah buat
kamu, Sayang. Hadiah itu akan kamu dapatkan secepatnya. Aku mohon, kamu terima
ya hadiah dari aku.”
“Emang hadiahnya apa, Sayang?”
“Nanti juga kamu tau sendiri kok.
Janji ya kamu akan terima hadiah dari aku.”
“Ya, Sayang aku janji.”
“Sayang, maafin kesalahan aku selama
ini ya sama kamu. Aku tahu aku banyak salah sama kamu. Kamu mau maafin aku
kan?”
“Ya, Sayang aku mau maafin kamu
kok.”
“Sayang, I Love You.”Ucapku sambil
mencium bibir Mark untuk yang terakhir kalinya.
“I Love You too, Sayang. Sayang?
Kamu kenapa? Sayang bangun, Sayang bangun. Please jangan tinggalin aku Sayang.”kata
Mark sambil memeluk erat tubuhku.
***
Mark pun langsung membawaku ke rumah
sakit. Sesampainya di sana aku sudah tidak bisa diselamatkan lagi, aku telah
pergi ke tempat yang lebih damai daripada di sini. Mark tak bisa menerima semua
kenyataan ini. Orang tuaku mencoba untuk menjelaskan semuanya kepada Mark. Namun,
Mark tetap menangisi dan tidak menerima akan kepergianku.
Akhirnya, setelah dokter dan semua
orang mencoba menenangkan Mark. Mark pun menjadi lebih tenang dan merelakan
kepergianku. Namun, aku bahagia karna aku dapat menghembuskan nafas terakhirku
dipelukkannya Mark. Bagiku, itu lah kado terindah yang pernah aku dapatkan
selama ini.
Dan aku pun bahagia ketika aku dapat
memberikan sebuah kado untuk Mark. Mungkin kado itu sangat berarti bagi hidup
Mark. Kado itu adalah hatiku sendiri. Setelah aku tahu kalau hatiku cocok
dengan hatinya Mark. Aku pun berpesan kepada dokter, kalau telah sampai waktuku
untuk meninggalkan dunia ini. Aku ingin hatiku ini didonorkan untuk Mark. Agar
Mark bisa bertahan hidup.
Setelah acara pemakamanku, Mark pun
langsung menjalankan operasi. Yang tanpa dia ketahui bahwa akulah yang telah
mendonorkan hatiku untuknya. Aku hanya
menitipkan sepucuk surat terakhirku untuk Mark sebelum aku pergi
meninggalkannya untuk selamanya.
Dear,
Hi,
Mark! Bagaimana kabar kamu sekarang, Sayang? Hmmm.. aku tau kamu pasti
baik-baik saja kan. J
Aku juga di sini baik-baik aja kok. Malahan lebih baik daripada sebelumnya. J
Sayang,
maafin aku ya. Kalau akhir-akhir ini aku jadi kurang perhatian sama kamu. Tapi,
jujur aku sayang banget sama kamu. J Kamu juga sayang kan sama aku? J
Mark,
mungkin aku salah telah menutupi penyakit yang dideritaku ini kepadamu. Tapi,
aku tak sanggup untuk mengatakannya. Aku tak mau kamu jadi khawatir sama aku,
Mark. Sedangkan kondisi kamu yang sekarang ini menjadi down. Aku tak mau
membebani kamu Mark. Mungkin, lebih baik aku sembunyikan semua ini dari kamu.
Tapi, akhirnya kamu tau juga kan apa yang sebenarnya terjadi? J
Mark, makasih ya kamu
udah mau tepatin janji kamu untuk menerima kado dari aku. Mungkin kado itu tak
seberapa buat kamu kan? J
Kado itu hanya sekedar hati aku aja, Sayang. Tapi, aku bahagia karna aku dapat
membantumu untuk bertahan hidup lagi. J
Sayang, makasih juga
ya. Kamu udah memberikan aku kado terindah yang pernah aku dapatkan. Aku bisa
bersandar di bahumu dan aku pun bisa mencium bibirmu, ya walaupun untuk
terakhir kalinya. Tapi, itu sudah lebih dari cukup bagi aku. Aku bahagia Mark.
Mark, aku akan selalu
menantimu di sini. Walaupun kita telah berbeda dunia, tapi aku selalu
mencintaimu Mark. Dan kamu tidak perlu menangisi kepergianku, karna sekarang
hatiku telah menjadi milikmu. Anggaplah itu sebagai aku Mark.
Mark, I’ll always love
and miss you.
With Love,
Sarah
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar