Selasa, 03 Juli 2012

Kepergian Yang Tak Terduga


Ku pejamkan mataku sejenak, hanya sekedar untuk merenungkan masalah-masalah yang menumpuk di dalam benakku. Tak ku sangka, telah 2 jam lebih aku berdiam diri di depan jendela kamarku yang memperlihatkan pemandangan desa kecilku yang basah terkena air hujan. Bau hujan yang khas itu, yang membuatku menyukai hujan.


            Akhir-akhir ini hubunganku dengan kekasihku mengalami masalah. Mark, dia lah pacarku. Dia orang yang baik, ramah, ganteng, namun kadang juga egois. Mungkin orang-orang melihatku dengan Mark, bagaikan beauty and the beast. Ya itulah, julukan dari teman-teman terhadap hubunganku dengan Mark.
            Sudah 1 tahun ini aku membina hubunganku dengan Mark. Namun, tak nampak ada perkembangan yang menuju ke arah kebahagian untukku dan Mark. Hatiku sakit sekali, ketika aku melihat Mark digandrungi wanita-wanita. Mungkin wanita-wanita itu lebih cantik daripada aku. Ya, mau bagaimana lagi? Toh Mark, kan sesosok pria yang dielu-elukan oleh wanita seisi kampus ini.
            Walaupun begitu, tak membuatku berkecil hati akan semua ini. Yang jelas Mark lebih memilihku daripada wanita-wanita lain. Namun, semua itu berubah ketika seorang wanita pindahan yang bernama Natalie terus mendekati Mark. Natalie memang lebih cantik daripada aku, dia anak orang terkaya sekota ini. Semenjak dia ada di sini, sikap Mark terhadapku sangat berubah. Dia menjadi kurang perhatian lagi sama aku. Aku bingung apa salah aku sama dia, sehingga dia memperlakukan ku seperti ini?
            Suatu ketika, aku melihat Natalie sedang berduaan dengan Mark di taman belakang kampus. Hatiku sangat sakit, bagaikan tertusuk pedang samurai yang sangat tajam. Aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya bisa berdiam diri dengan air mataku yang terus mengalir membasahi pipiku.
            Tak pernah ku sangka, Mark akan setega ini membuatku sakit hati. Aku ingin berbicara secara face to face dengan dia. Namun, setiap aku meminta hal tersebut. Dia selalu mengelak saja, seakan-akan dia sudah tidak menganggapku sebagai kekasihnya lagi.
            Akhirnya, aku putuskan untuk bercerita kepada sahabatnya Mark. Dia lah Shane, Shane sudah begitu lama mengenal Mark. Mungkin, hanya Shane yang tau mengapa Mark bisa memperlakukan hal seperti ini terhadapku.
            “Shane.” Ucapku, seketika aku melihat pria di depan perpustakaan, dengan kaos berwarna merah dan jeans berwarna hitam yang ia kenakan.
            “Iya. Ada apa Sarah?”Tanyanya, ketika dia mendengarkan ucapanku yang memanggil namanya.
            “Shane, aku hanya ingin bertanya sama kamu. Kenapa sih Mark jadi berubah sama aku?”Tanyaku, yang langsung menghampiri Shane yang tepat berada di depan pintu perpustakaan.
            “Hmmm. Aku kurang tau Sar. Soalnya akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengan Mark. Memangnya ada apa sama dia?”Jawab Shane yang langsung bertanya kembali kepada ku. Sontak aku pun bingung, mengapa Shane pun tidak tau apa alasan Mark berubah terhadapku akhir-akhir ini?
            “Dia jadi berubah sama aku, Shane.”keluhku dengan menundukkan kepalaku, yang seakan tak mau untuk melihat wajah Shane.
            “Berubah kayak gimana?”Tanya Shane, dia pun terlihat seperti kebingungan.
            “Dia jadi jutek sama aku, dia udah gak perhatian lagi sama aku, dan dia pun cenderung lebih dekat kepada Natalie daripada aku, Shane.”keluhku kembali, air mataku tak sanggup untuk kutampung lagi. Akhirnya air mataku mengalir bak seperti air yang mengaliri sungai.
            “Ya ampun. Seperti itu kah dia berubah? Aku tak menyangka, dia bisa melakukan ini kepada kamu. Padahal setau aku dia tuh cinta mati sama kamu, Sar.”
            “Aku juga tak menyangka, Shane. Aku sudah capek terus-terusan seperti ini. Mungkin lebih baik, aku berpisah saja dengan Mark.” Aku pun sudah patah semangat untuk mempertahankan hubunganku dengan Mark.
            “Sar, kamu jangan patah semangat gitu dong! Masih banyak kok cara yang bisa kamu tempuh untuk memperbaiki hubungan kamu dengan Mark?”
            “Tapi, Shane. Aku harus bagaimana lagi berbagai cara telah aku tempuh, namun Mark tetap saja cuek sama aku.”
            “Ya sudah. Nanti akan aku bicarakan kepada Mark.”
            “Makasih ya, Shane.” Ucapku sambil tersenyum kepada Shane.
            “Ya, sama-sama.”Ucap Shane sambil tersenyum kepadaku.
***
            Aku pun berjalan dengan begitu lemasnya. Badanku yang semakin mengecil, membuat orang-orang menyangka ku bak seorang yang sedang mengalami kesakitan. Mungkin, aku bisa mengelak ketika orang-orang menanyakan kondisiku. Aku hanya bisa membohongi semua orang. Aku katakan aku dalam keadaan baik-baik saja, namun hatiku begitu sakit bak tersayat-sayat oleh pisau yang begitu tajamnya.
            Tak ku sangka, badanku telah tergelatak lemah tak berdaya di lantai kamarku. Darah yang bercecaran dari hidungku, membuatku semakin bingung. Apa yang telah terjadi kepadaku? Mungkin aku hanya sekedar kecapekan saja. Aku tak pernah mengeluhkan kejadian seperti ini kepada orang tuaku, karna aku pikir ini hanya kejadian yang lazim.
            Daya tahan tubuhku semakin menurun. Orang tua membawaku ke rumah sakit. Aku tak pernah tau apa yang telah terjadi kepadaku selanjutnya? Aku hanya bisa melihat diriku yang terbering tak berdaya di tempat tidur rumah sakit tersebut.
To be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar