"Mereka pun terus mencoba untuk menghubungi Mark. Nampaknya keberuntungan tak berpihak kepada mereka. Mark tak pernah mengangkat telpon dari mereka atau pun mengabari mereka. Mark hanya terlalu fokus dengan urusan pribadinya saja tanpa memperdulikan keluarganya."
16/12/2011
Tiga
minggu berlalu, kondisi Carla semakin memburuk. Sekarang badannya mulai kurus,
pipi yang tadinya chubby menjadi sangat tirus, rambutnya yang panjang semakin
berkurang sekarang rambutnya hanya tinggal sebahunya saja. Dia hanya bisa
terbaring di tempat tidurnya dengan terus memandang ke arah jendela berharap
sang kakak akan segera pulang.
“Mommy.
Mommy bohong sama aku. Katanya kak Mark mau pulang. Tapi satu minggu lagi mau
natal, kak Mark belum juga pulang.” Air matanya pun mengalir membasahi pipinya.
“Mommy
gak bohong kok sayang. Kakak kamu pasti pulang kok. Dia bilang dia mau kasih
kejutan sama kamu. Makanya dia belum pulang juga sayang.” Kehangatan pun didapatkan
Carla ketika sang ibu Marie memeluk erat dirinya.
“Tapi,
aku pengen banget sama kak Mark. Aku takut gak bisa sama dia lagi, gak bisa
ketemu dan peluk dia lagi, Mom.”
“Sayang,
kok kamu ngomongnya gitu?”
“Ya,
aku cuma takut aja. Mom besok aku mau beli perlengkapan buat natal nanti ya,
boleh ya Mom. Please.”
“Iya
deh, boleh sayang.” Sampai saat ini Carla tak mengetahui apa yang sebenarnya ia
alami, seorang anak kecil seperti dia tak harus mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi yang hanay bisa membuat dia merasa ketakutan saja.
Marie
pun tetap berusaha untuk menelpon Mark. Dan berharap Mark akan mengangkat
telponnya itu. Akhirnya keberuntungan berpihak kepadanya, Mark pun mengangakat
telpon dari ibunya itu.
“Hallo?
Ada apa, Mom?” Suara Mark terdengar seakan memecahkan sebuah misteri yang
membuat Marie merasa cukup tenang.
“Mark,
kamu ke mana saja? Mommy telpon dari tiga minggu yang lalu gak pernah
diangkat.”
“Maaf,
Mom. Mark lagi sibuk sama tugas dan kegiatan Mark di sini. Jadi handphonenya
jarang Mark bawa. Emang ada apa gitu, Mom?”
“Apakah
sebaiknya aku ceritakan saja tentang kondisi Carla saat ini? Sebaiknya tidak,
aku tidak mau membebani pikiran Mark. Sebaiknya dia mengetahui ini ketika dia
pulang nanti” Batin Marie
“Mom?”
“Oh
iya, gak apa-apa kok. Tuh adik kamu pengen sama kamu, dia kangen banget sama
kamu. Mom, harap secepatnya kamu pulang ya.”
“Mark
juga kangen banget sama Carla. Tapi mau gimana lagi, Mark lagi sibuk banget.
Mark juga gak janji malam natal nanti Mark pulang, Mom.”
“Hah?
Kenapa Mark? Bukannya kamu sudah berjanji kalau setiap malam natal kamu akan
pulang?”
“Maaf
banget, Mom. Please Mom ngertiin keadaan Mark sekarang. Mark lagi sibuk sama
tugas kuliah Mark. Belum lagi tawaran buat ngisi acara, Mom. Mark juga pengen
banget pulang. Ya tapi gimana nanti aja deh ya, Mom.”
“Kalau
sampe kamu gak pulang malam natal nanti. Kamu akan menyesal.” Marie pun
langsung menutup telponnya dengan kekecewaan yang ia dapati ketika mengetahui
Mark tidak memberikan kepastiannya untuk pulang malam natal nanti.
“Mom kenapa ya tutup telponnya gitu aja?
Mungkin dia kecewa karena gue gak janji gue bakal pulang nanti malam natal.
Tapi kan sebenarnya gue punya kejutan buat Carla nanti.” Batin Mark
Mark
pun terfokus ke depan laptop yang ia dapati dari hasil kerja kerasnya bernyanyi
di berbagai tempat. Ia hanya tersenym membayang sebuah kejutan yang akan ia
berikan kepada Carla malam natal nanti. Tak terbayangkan betapa sedihnya Mark,
ketika dia mengetahui bahwa adik tercintanya itu mengidap penyakit yang dapat
mendatangkan kematian.
***
Keesokan harinya,
Carla
telah bersiap-siap untuk pergi ke toko tempat biasanya ia membeli perlengkapan
untuk natal nanti. Dengan memakai dress berwarna pink selutut itu dan rambut
yang terurai sebahu dengan bando pink yang menghiasi rambutnya pun mencerminkan
kebahagian yang akan ia dapatkan nanti. Senyuman manisnya itu selalu terpancar
seolah-olah tidak ada satu orang pun yang akan menyangka kalau gadis kecil nan
cantik itu mengidap penyakit yang dapat mendatangkan kematian padanya.
“Mommy,
yuk kita beramgkat.” Nampaknya Carla sudah tak sabar untuk segera tiba di toko
yang akan ia kunjungi.
“Iya
sayang. Tapi janji ya sama Mom, kamu gak akan lari-larian di sana apalagi
samape kecapekan ya sayang.”
“Iya,
Mommy.”
“Ya
udah, masuk mobil sayang. Sekarang kita mau berangkat.”
“Ok,
Mommy cantik.”
Mereka
pun segera berangkat menuju toko yang biasanya mereka kunjungi untuk membeli
perlengkapan natal. Tak membutuhkan waktu yang cukup lama dan akhirnya mereka
pun sampai.
“Mommy,
kita beli pohon natal yang itu ya.” Carla menunjuk sebuah pohon natal yang
berukuran kurang lebih satu meter itu yang masih polos tanpa satu hiasan pun.
“Kan
kita udah punya sayang. Yang besar lagi.”
“Iya,
tapi aku pengen pohon itu ditaruh di kamar aku, Mom. Boleh ya Mom? Nanti aku
yang ngehiasnya kok.”
“Ya
udah boleh, sayang. Sekarang kita cari hiasannya ya.”
“Iya,
Mom. Aku yang pilihin ya.”
“Iya,
sayang.”
Carla
pun membawa berbagai pernak-pernik untuk menghiasi pohon natalnya itu. lebih
dari sepuluh buah pernak-pernik yang ia beli untuk menghiasi pohon natalnya
itu. Mereka pun segera pulang menuju rumah.
“Mommy,
ini pernak-perniknya. Banyak kan?”
“Iya
sayang banyak banget. Tapi itu apa yang ada di kotak warna pink? Kado dari
siapa itu?
“Dari
siapa aja.” Jawabnay sambil menjulurkan lidahnya.
“Kamu
ini. Kita hias pohon natalnya yuk, sayang.”
“Yuk,
Mom.” Dengan semangatnya dia mengikuti ajakan ibunya itu.
***
Mark
telah tiba di suatu tempat mainan untuk anak-anak. Ia akan membeli sebuah kado
natal untuk adiknya Carla. Namun, Mark tampak kebingungan akan memberikan kado
apa untuk adiknya itu.
“Mas
ada yang bisa saya bantu?” Seorang waitress pun menhampiri Mark di tengah
kebingungannya itu.
“Oh
iya, Mbak saya bingung nih. Saya mau memberikan kado untuk adik saya. Tapi saya
bingung mau ngasih apa? Hehe”
“Adik
Mas cewek atau cowok?”
“Cewek
Mbak, umurnya sekitar tujuh tahun.”
“Oh
baik, Mas tunggu dulu ya. Saya akan membawakan sebuah barang yang mungkin bisa
dijadikan kado untuk adiknya.
“Baik,
Mbak.”
Beberapa menit kemudian,
“Mas
ini ada sebuah boneka teddy bear yang bisa merekam suara. Jadi Mas bisa merekam
suara Mas sebagi pesan untuk adik Mas. Bagaimana, Mas mau membelinya.”
“Cara
untuk merekam suaranya bagaimana?”
“Mas
tinggal pijit tombol ini saja lalu bicarakan apa yang akan Mas sampaikan.”
“Baiklah,
saya beli bonekanya Mbak. Kebetulan adik saya juga sangat menyukai teddy bear. Oh
iya Mbak. Di sini menjual baju santa clause gak?”
“Iya
Mas, ada di sebelah sana? Mas mau beli? Nanti biar saya yang ambilkan.”
“Iya,
Mbak saya mau beli. Tapi jangan disatukan dengan boneka yang tadi ya.”
“Baik
Mas.”
“Pasti
Carla bakal suka sama kado yang gue kasih buat dia. Mudah-mudahan rencana gue
juga berhasil.” Batin Mark.
Ia
pun akhirnya membawa sebuah kado dan baju santa clause yang ia beli di sebuah
toko tadi ke apartemennya. Di sana ia mulai merekam apa yang akan ia samapaikan
kepada adiknya itu. Nampaknya Mark sudah tak sabar untuk segera memeberikan
kejutan kepada adiknya itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar