Shane
yang melihat Mark sedang berdiam diri di depan rumahnya itu, langsung saja
menghampirinya. Namun, Mark terlihat sangat lemas seakan tak mempunyai
semangat. Shane pun tak membuang-buang waktu dan segera menghampiri Mark.
“Mark, kamu baik-baik aja kan?”Tanya
Shane. Shane terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan Mark yang tak seperti
biasanya itu.
“Ya, aku baik-baik aja ko.”Jawab
Mark. Dia pun masih terlihat sangat lemas.
“Tapi, kenapa muka kamu pucat
seperti ini?”
“Oh, aku cuma kecapekan aja kok. Ada
apa nih?”
“Oh ya, aku hanya ingin menanyakan
hubungan kamu dengan Sarah. Kalau aku perhatikan kalian sepertinya sedang ada
masalah ya?”
“Gak kok, Shane. Kami tidak ada
masalah. Namun, aku sendiri yang menjauh dari Sarah.”
“Kenapa, Mark? Bukannya kamu cinta
mati kan sama Sarah?”
“Iya, Shane. Aku sangat mencintai
dia. Namun, keadaanku yang sekarang ini yang membuatku harus menjauh darinya.”Keluh
Mark
“Keadaan kamu bagaimana, Mark?
Bukannya kamu baik-baik saja kan?”
“Shane, aku mau jujur sama kamu.
Sebenarnya aku telah diagnosa oleh dokter bahwa hatiku mengalami kerusakan. Dan
aku tak akan lama bertahan hidup, Shane. Makanya aku menjauhi Sarah, agar dia
terbiasa dengan ketidak hadiranku di dalam hidpunya.”
“Mark, kamu bercanda kan?”
“Gak, Shane. Aku serius.”
“Mark, aku tidak menyangka kamu
bakal seperti ini. Namun, aku yakin kamu dapat bertahan hidup Mark.”Shane pun
terharu dan tidak bisa membendung air matanya,
“Ya mudah-mudahan saja.”
“Mark, sebaiknya kamu ceritakan
semua ini sama Sarah. Kalau kamu terus menutup-nutupi kebohongan ini. Sarah
pasti akan kecewa sama kamu.”
“Benar juga apa yang kamu bilang
Shane. Aku akan coba untuk memberanikan diriku menceritakan ini semua sama
Sarah.”
***
Aku tak mengerti mengapa aku berada
di tempat seperti ini? Di tempat yang begitu jauh dari keramaian, tempat yang
berwarna putih bersih tak nampak ada sedikit noda yang mengotori. Aku pun
bertemu dengan Kakekku yang telah lama meninggal. Dia nampak begitu bersih tak
nampak raut gelisahnya di wajahnya, hanya ada raut wajah kebahagian yang nampak
di wajahnya.
Aku pun terus menyusuri semua
sudut-sudut yang terdapat pada ruangan tersebut. Akhirnya aku pun berhenti di
sebuah pintu. Aku mencoba untuk membuka pintu tersebut namun berat bagiku untuk
membukanya. Seketika itu aku pun tebangun dari tidur lamaku.
Dan ternyata, aku telah koma selama
3 hari. Tubuhku semakin mengecil, raut wajahku terlihat sangat pucat sekali.
Mungkin orang-orang melihatku bukan seperti aku yang biasanya. Aku yang selalu
ceria, berubah menjadi wanita yang tak berdaya yang hanya bisa melihat tubuhnya
terbaring lemah tak berdaya.
Aku pun sangat terkejut ketika orang
tua dan dokter memberitahuku tentang kondisiku selama ini. Sebenarnya,
akhir-akhir ini aku sering mimisan dan pingsan. Aku hanya menganggapnya hal
yang biasa saja. Mungkin aku hanya kecapekan. Namun, semua itu hanya dugaan
yang tak ada kebenarannya sama sekali.
Air mataku terus mengalir, seketika
dokter memberitahukan ku bahwa aku mengidap kanker otak stadium akut. Aku hanya
bisa tersenyum dengan semua kenyataan ini. Mungkin ini memang yang terbaik
untukku. Orang tua ku tak henti-hentinya menangisi semua ini. Namun, semuanya
telah aku pasrahkan kepada Tuhan.
***
Mark, Nicky dan Shane yang sedang
asyik bernyanyi bersama-sama di balkon rumah Mark, tiba-tiba Kian langsung
menghampiri mereka dengan raut wajah Kian yang begitu gelisah akan sesutu hal.
“Mark. Mark. Mark.”ucap Kian yang
namapak begitu gelisah sekali.
“Iya, ada apa sih? Biasa aja kali.”
“Ini bukan biasa-biasa. Tapi..” Kian
tak melanjutkan omongannya.
“Tapi, apa?”
“Kamu, sudah tau akan keadaan Sarah
saat ini?”
“Belum. Emang dia kenapa?”
“Dia sakit, Mark. Gimana sih kamu
jadi pacarnya kok gak tau keadaan pacar sendiri?”
“Apa? Dia sakit. Sekarang dia ada di mana?”
“Apa? Dia sakit. Sekarang dia ada di mana?”
“Dia ada di ruma sakit, Mark.”
Mark pun segera berangkat ke rumah
sakit. Mungkin dia ingin melihat keadaanku yang sekarang ini. Tapi, Kian, Nicky
dan Shane tak ikut bersama Mark. Kian menceritakan semuanya kepada Shane dan
Nicky, tentang apa yang terjadi padaku saat ini. Mereka tak pernah menyangka
bahwa aku akan mengidap penyakit seperti ini.
“Kian, Shane. Aku kasihan sama
mereka berdua. Yang satu hatinya rusak yang satu lagi mengidap kanker. Miris
sekali nasib mereka. Aku belum siap untuk kehilangan meraka berdua. Bagiku
mereka berdua sudah aku anggap seperti keluarga sendiri.”keluh Nicky.
“Ya, aku juga tak menyangka mereka
bakal seperti ini.” Tambah Shane
“Mending sekarang, kita berdoa aja
akan kesembuhan merea berdua.”Ajak Kian
Dengan khusyu mereka pun berdoa akan
kesehatan aku dan Mark. Aku bangga mempunyai teman sebaik mereka. Aku tak mau
meninggalkan mereka secepat ini.
To be continue........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar